Menghalalkan Cinta

Jarak ini memekarkan rindu yang begitu menggebu.
Hanya do'a yang bisa kuurai. untuk sebuah pertemuan indah nantinya.
yaa Allah.., jagalah suamiku.
Dengan sebaik-baik penjagaan dari-Mu.



Mengawali pagi yang indah. Matahari bersinar cerah. Menandakan jantung kehidupan mulai berputar. Pagi ini merupakan hari yang paling bahagia dikeluarga ini. Tau kenapa? Karena hari ini adalah hari yang bersejarah untuk sepupu kami Rahmat. Yang dalam hitungan beberapa jam lagi akan mengakhiri masa singlenya.

Aku turut bahagia dan beberapa keluarga kami juga merasakan hal yang sama. Terlebih lagi suamiku yang berada di negeri seberang ikut merasakan kebahagian itu.

Tak lama kemudian, tepat pukul sebelas siang itu, sebelas mobil meluncur meninggalkan kota Bengkulu menuju Tanjung Palik, Bengkulu Utara. Siang yang sungguh membara. Aku menikmati perjalanan ini beberapa saat lamanya, dan setelah itu aku ikut menyusul sepupuku heppy yang ikut tumbang disebelahku.

“woam...” aku menutup mulutku yang terbuka serta mengucek-ngucek mata yang beberapa kali terpejam. Sambil melirik di sebelahku yang tidurnya begitu pulas. Sebenernya kami sama-sama mengantuk. Karena semalaman kami bercerita panjang lebar hingga larut malam. Paginya disusul dengan bangun sebelum subuh. Alhasil terkankuntuk-kantuk lah pula.

Tak terasa kami sudah memasuki kampung palik. lima menit kemudian kami sudah berada di tempat lokasi mempelai wanita. Pasti perasaan yang sebentar lagi akan melangsungkan akad nikah, tak karuan, campur deg-degan. Gak percaya...? keringat dingin rahmat bercucuran, terdengar suaranya gemetaran saat menyebutkan lafaz nikah dan harus mengulang dua kali.
“sah...sah..” saat saksi mengatakan kata-kata tersebut. Senyum sang mempelaipun mengembang bak bunga bangkai bermekaran. (maklum Bengkulu penghasil bunga bangkai haha).

“Shubhanallah,” ucapku dalam hati. Memoar beberapa bulan silam kembali bermunculan. Saat kami berada di posisi yang sama. Tengah menunggu detik-detik bahagia untuk menuju keridhaannya. Allah Akbar.., setelah akad itu terucap, beberapa kristal bening meluncur dari bola mataku. Rasa itu berubah menjadi mengharu biru. Dan status kami pun berubah. Yang tadinya beliau jejaka, kini telah menjadi seorang suami yang di beri amanah untuk menjaga dan membimbing sang istri sampai akhir hayat. Begitu juga sebaliknya. Yang tadinya berstatus gadis, kini sudah menjadi istri yang akan setia berbakti dan mendampingi perjuangan suami.

Bukan hanya status yang berubah, juga keluarga bertambah. Sebelum menikah kita hanya mempunyai satu ayah dan ibu. Namun setelah menikah, keluargapun ikut bertambah. Karena orang tua suami adalah orang tua kita juga dan begitu juga family dari suami atau istri juga menjadi family kita. Shubhanallah salah satu hikmah dari menikah adalah mempererat dan memperluas jalinan persaudaraan.

***
“barakallahu lakumaa, waa baaraka ‘alaikumaa... waa jama’aa bainakumaa fie khair.” Ucap sang imam saat menyampaikan khutbah nikah tersebut. Ada perasaan yang begitu menyusup dalam jiwa dan raga.
Sakinah, mawaddah, warahmah akan tercipta kalau satu sama lain saling dan saling. Yaitu saling pengertian, saling menghargai, saling menghormati, saling percaya, dan saling setia.

Kehidupan itu sangat singkat dan begitu juga bagian dari rumah tangga yang bakal dijalani. Paling Cuma bertahan tiga puluh tahun. Itupun kalau umur kita panjang. Setelahnya hanya sisa-sisa kehidupan yang akan kita jalani nantinya. Sebelum kita alfa, dan mendapati kesia-siaan itu. Maka jalanilah kehidupan berumah tangga ini sebaik mungkin. Jadilah istri atau suami yang terbaik kepada pasangan masing-masing. Karena istri merupakan amanah yang Allah titipkan kepada suami. Begitu juga suami adalah tempat istri berbakti dan mengabdikan diri guna mencari keridhaan Allah. Jalanilah peran ini sebaik mungkin. Sehingga keduanya mendapatkan keridhaan dari sang Ilahi Rabbie.” Pesan ini lah yang di sampaikan oleh pak gubernur Bengkulu. Bapak Junaidi Hamsyah, ketika beliau memberikan ceramah untuk kedua mempelai. Waktu walimahan di Bengkulu kota.

***



Sungguh, adalah sekenario Ilahi. saat dua insan bertaut hati, dalam ikatan nan suci. 
Karena dalam cinta selalu ada kekuatan, yang menggerakkan hati dan tekad. Untuk sama-sama melangkah di jalan-Nya. 

“Tak pernah nampak bagi dua orang yang saling mencintai, sebagaimana nampaknya ketika mereka berdua telah menikah.”
-HR. Thabrani


Bengkulu, 9 juni 2013


Gerimis Rindu

Jika hujan adalah rindu
Maka penantian adalah pelangi.
Dan..
Jika rintik adalah tangis.
Anggap saja aku menangis menantimu.



Kupejamkan mata, membiarkan buncahnya meneguk hangat aliran dari mataku. Ingin kubasah pada sejuknya yang tak pernah alfa. Tak pernah dusta, bahkan ia selalu ada untukku. disaat tak siapapun mengingatku.
Aku begitu menyukai hujan. Ia selalu membawa kesejukan. Dan selalu menawarkan rindu yang tak kunjung sirna. Rindu yang sama selalu terukir untuknya.
Lagi-lagi aku hanya menyeka butiran bening, yang sedari tadi terus mengalir mengenangmu. Disertai memoar indah bermunculan satu persatu.  
Aku ingin keadaan ini cepat berlalu. Ingin kembali beberapa bulan silam saat bersamamu. Saat canda tawa menghiasi hari-hari kita.
“tetap berdo’a kepada Allah dan meminta yang terbaik. Supaya Allah memberi kita ketabahan sayang...” kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku, saat aku hampir hilang kendali. Saat kesedihan mulai merajut hari.
“ahh, kita memang seharusnya selalu bersabar suamiku sayang. Allah tau apa yang terbaik untuk kita.” Sambil menatap langit-langit kamar dan menahan sesak rindu yang mendera. Lalu tangis itu kembali pecah.

Aah, rindu ini tak terbendungkan.
Setiap malamnya akan selalu sama.
Selalu menantimu.
menanti kepulanganmu sayang...
Aku tetap merindu.


Rabbie..,
Mudahkanlah suamiku dalam berjuang.
Beri  beliau kelulusan. Dan cepat kembali ketanah air.
Karena kami saling merindui.


      

Aku Harap

Jika setiap puisi adalah do’a
Aku harap ini adalah puisi.
Kristal bening berjatuhan, saat mengadahMu.
Ku tak ingin malam ini cepat berlalu.
Saat malam kian lekat.
Kucari cahaya dibalik awan kelam.
Namun malam ini bintang tak benderang.

Dibalik temaran malam.
Kurajut untain do’a pada sang pencipta.
Untukmu kanda..,
Yang sedang ujian, untuk memperjuangkan
Masa depan.



Rabbunaa Yusahhil .

Allah always with us ^_^

Rindu tak Bertepi

Aku tak tau
Apa yang harus aku katakan.
Aku bingung
Bagaimana aku mengungkapkannya.
Sungguh...
Lebih-lebih apa yang harus kulakukan.


Aku hanya menginginkan hujan turun.
Membiarkan suara gemerciknya berjatuhan.
Membawaku mengenangmu dalam dekap cintamu.
Aku merindukan dirimu lima bulan lalu hingga kini.
Rindu itu tak pernah bertepi.
Sungguh, aku begitu merinduimu.
Kuharap dirimu selalu berada disisiku.

Hingga nanti.

Ilalang Senja

Sunyi menyibak tirai malam.
Sepi bergelantungan manja diatas sajadah cinta.
Ah, andai waktu itu bisa mengulang masa.
Mungkin aku bisa memperbaiki semuanya.
Untuk menyibak mendekap cintanya.
Yang hampir tenggelam sirna.

Duhai hati...
Yang bagai telah tertoreh belati.
Dengan luka yang menganga.
Mungkin dengan seucap kata.
Tanpa makna.

Gerimis jiwa yang bergelora.
Ilalang senja menjulang keangkasa.
Di atas cahaya cinta yang kian redup.
Seribu do’a kupinta dari yang maha esa.

Hanya untuknya.

Berjuta Harapan

Di sana..,
Saat mentari pagi tersenyum malu.
Mengembara sang waktu.
Burung-burung ikut bersenandung merdu.
Bergegas menyongsong kehidupan yang penuh jalan berliku.

Begitulah sejatinya hidup.
Penuh tanda tanya.
Senja mengakhiri semuanya.
Namun harapanku takkan pernah sirna.

Disana..,
Aku melihat hamparan luas.
Di sudut kota tua, Tripoli Libya.
Kau tinggalkan semuanya.
Demi masa depan yang sempurna.

Aku takkan pernah lupa.
Kabut itu menyelimuti wajahku.
Jauh di sudut hatiku, harapan itu selalu ada.
Dimalam yang pekat, aku bersimpuh di hadapan-Nya.
Mengukir butiran harapan.
Lewat do’a tulus yang tak pernah putus.
Munajah itu, kukirimkan hanya untukmu.
Kanda yang begitu berarti dalam hidup ini.

Bulan dan bintang ikut bersenandung rindu.
Turut mendo’akanmu.
Bahwa kesuksesan itu milikmu kanda...
Yakinlah sayang..,
Apa yang engkau usahakan tak ada yang sia-sia.
Di mata sang Pencipta.

Di sana..,
Berjuta harapan terbentang luas.
Aku percaya, keajaiban akan selalu ada.
Aku tetap disini.
Ditepian pantai ini menunggumu kembali.

Saat ombak menjangkau langit.
Bintang berkelap kelip menunggumu.
Seperti hatiku saat ini.
Ingin hadirmu di sisiku.

Semangatlah cinta..,
Di sana..,
Harapan itu selalu ada.
Beribu impian ingin memelukmu sayang.
Kita berdua melukis pelangi.
Mengukir sejuta warna.
Terbang bersama menuju istana impian kita.

Kanda..,
Tetaplah jalani mimpimu.
Walau aku sekarang tak berada disisimu.
Namun aku dan hidupku akan selalu ada untukmu.
Karena bagiku.
Bahagiamu, damaikan hatiku.

Kerinduan ini membuatku gila.
Kehilangan ini membuatku luka.
Meski mentari tak bersinar lagi.
Aku akan tetap selalu disisimu.
Menemanimu dalam indahnya surgawi.



 Bengkulu, 30 april 2013    pukul : 21.21 wib.


Honey, Love You

Dikeheningan malam.
Tanpa cahaya bulan.
Kutatap langit tampak kelam.
Kini malam tak seperti biasa.
Begitupun pelita mendekap sunyi.
Walau sisa hujan masih kentara terasa kini.

Ahh.., terkadang rindu menghampiri dengan tiba-tiba.
Bagai penyusup datang merampas kelubuk hati.
Dan angin membawa seribu rinduku.
Yang berlayar disamudra hatimu.
Honey.., love you.

Bahagia Itu Kamu

Bahagia itu sederhana.
Seperti saat ini hadirnya dirimu disisiku.
Penyempurna separuh hidupku.
Karena bahagia itu kamu.

Sayang.., jika impianku itu adalah kamu.
Maka izinkan aku untuk selalu memimpikanmu.
Walau kita dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Namun bayangan nyatamu sungguh menyejukkan malamku.

Sayang.., meski dirimu tak terlihat kini.
Lamunanku akan dirimu tak terbantah.
Kadang pilu melihat diriku yang sekarang.

Sayang.., Kau menyuguhkanku bahagia.
Kau memberiku ketenangan.
Karena kamu adalah cinta.
Cinta yang tak pernah pupus ditelan senja.
Aku senantiasa bahagia bersamamu selamanya.




Aku Merindumu


Tahukah kamu
aku sungguh merindu.
Tanpa jeda.
Bahkan  tanpa kata.
Rindu selalu bersayap.
Selalu merentas jarak.

Tahukah kamu.
Rinduku  menggunung
Tak terbendung
Oleh apapun itu.

Tahukah kamu
Bahwa rindu menghagatkan hati.
Menenggelamkan kelelahan yang menanti.

Tahukah kamu.
Rinduku bagaikan air laut
Yang tidak pernah ada habisnya.

Tahukah kamu
Bahwa diri ini merinduimu.

Dengan segenap rasa tanpa jeda.

Cairo N Tripoly I'm In Love


Cinta.., kedengarannya sungguh membuat kita melayang bertamasya ke hamparan taman yang penuh bunga. Cinta identik dengan perasaan yang berbunga-bunga ketika kita dimabuk cinta atau kasmaran. Kehidupan yang kita jalani ini tak luput dari rasa cinta. Cinta anak kepada orang tua, suami kepada istri, cinta kepada negara, cinta kepada agama dan Cinta Allah dan Rasul-Nya.
Well.., mencintai dan dicintai sungguh indah, ketika kita tidak meletakkan cinta pada tempat yang salah. Dua tahun silam, ( jadi ingin bernostalgia ciee.. gayanya mantep bener).
Waktu itu, aku mengenalnya lewat sebuah media sosial yang sampai kini masih banyak di gunakan yaitu Fb. Setelah setengah tahun mengenalnya dan kita jarang berkomunikasi karena aku dan beliau mempunyai kesibukan yang sama. Kita masih sama-sama mengejar mimpi dan cita-cita yaitu menyelesaikan kuliah masing-masing. Kita hanya berteman biasa layaknya seorang sahabat.
Setelah selesai ujian akhir semester di musim panas. Secara tak sengaja kita chatting memekai yahoo massanger. Setelah pembicaraan yang panjang dan perkenalan singkat itu.
“bolehkah aku menjadi temanmu?” beliau berbicara dari arah seberang dengan menggunakan voice.
“iya, kita memang teman kan?” aku berbalik bertanya atau hanya ingin meyakinkannya. Bahwasannya kami memang benar-benar berteman.
“iya maksudku, kita menjadi teman dekat.” Selanya lagi meyakinkan pertanyaanku yang sungguh tak kumengerti apa maksud dari percakapan ini.
“kita memang teman dekat.” Kataku .
“maksudku, aku ingin lebih dekat lagi mengenalmu, menjadikanmu teman special dalam hidupku.” Ujarnya dari seberang sana dengan suara mantap.
Sesaat lamanya aku hanya diam. Lalu hening...
“haloo.., haloo.. masih di sana?” suara dari seberang terdengar samar-samar di telingaku.
“iyaa... masih.” Jawabku linglung. Karena memikirkan jawaban apa yang akan kuberikan.
“gimana? Boleh gak?” tanyanya lagi dengan penuh harap.  Supaya aku bisa menerimanya menjadi teman special dalam hidupku.
“aku pikir-pikir dulu ya?” kataku sore itu penuh kegalauan. Kutatap layar komputer hampa. Setelah percakapan yang panjang itu akhirnya kami saling berpamitan karena hari semakin senja.
Seminggu setelah itu, aku menemuinya lagi di chatting. Dia menanyakan pertanyaan yang sama. Aku mengatakan dengan jawaban tidak. Dia terlihat sedih dari nada suaranya yang kudengar. Pertama dia mengira, aku akan menerimanya dengan senang hati. Ternyata jawabanku membuatnya kecewa. Aku melakukan itu bukan berarti aku membencinya, justru karena aku takut. Takut pada diriku sendiri. Aku tidak siap untuk terluka. Seperti yang sudah-sudah, kata temanku orang-orang yang kita kenal di dunia maya tidak sesuai dengan dunia nyata, Berbalik 100 %. Apalagi aku mempertaruhkan hidupku dan menjatuhkan hatiku yang tak kutahu kepribadiannya seperti apa. Layakkah ia menjadi imamku nanti? Atau justru sebaliknya. Karena kami belum pernah bertemu.
Kepalaku pusing, galau. aku hanya menatap langit-langit kamar dan sesekali melihat kearah jendela. Suara angin gurun kentara di telingaku. Kulirik jam di dinding kamarku sudah menunjukkan tengah malam, namun mataku belum ingin kupejamkan.
Sebulan berlalu, dia masih tetap gigih meyakinkan aku. Tidak menyerah sama sekali. Walau dengan cuek, acuh tak acuh aku  menolaknya. Lima kali sudah aku menolaknya. Dia masih tetap berusaha untuk mendapatkan hatiku.
“aku serius ingin meminangmu, menjadikanmu sebagai pendamping hidupku dan ibu dari anak-anakku kelak. Aku sudah memikirkan semuanya. Walau aku harus membagi waktu untuk kuliah dan mencari nafkah untuk keluarga.” Ujarnya dari negara seberang dengan penuh bijaksana.
Aku semakin galau, hatiku seakan terombang ambing. Langkah apa yang mustiku ambil selanjutnya. Dia benar-benar serius. apalagi sudah menceritakan semua prihal menyukaiku kepada kedua orang tuanya. Dan orang tuanya ingin berbicara denganku melalu telepon. Setelah percakapan terakhir itu melalui komputer, aku kembali ke kamar dan menarik selimut. Aku diserang demam, dua hari terbaring lemah.
“yaa Allah yaa Rabbie... yang jiwaku selalu ada dalam genggaman-Mu. Tuntun langkahku ya Ilahi.. ke jalan yang selalu engkau Ridhai” aku terus meminta kepada-Nya segala yang terbaik di hidupku.
Akhirnya aku mengadu semuanya kepada Allah, dengan shalat istikharah. Apapun yang kurasakan, sedih, kecewa, gelisah, bingung. Akhirnya Allah memantapkan hatiku dan hatinya. Dan kami akhirnya menikah.
Allah telah menyatukan antara dua hati, meski kami berbeda daerah dan adat. Aceh-Bengkulu. Dan Allah lah menyatukan dua cinta. Antara Kairo dan Tripoly. Karena kami berkuliah di negara yang berbeda. Sungguh perbedaan ini adalah rahmah, menyatu dalam satu hati yaitu sama-sama mencintai Allah. Setelah itu aku benar-benar mencintainya. Aku selalu jatuh cinta pada suamiku, baik itu kelebihan dan kekurangan. Karena mencintai tak melihat kekurangan atau kelebihan. Karena masing-masing kami mempunyai kekuarangan dan kelebihan itu.

Yaa Rabbie... jadikan rumah tangga yang baru kami bangun ini selalu dibawah naungan-Mu sakinah, mawaddah, dan warahmah sampai ke jannah-Mu ya Allah. Satukanlah hati dan jiwa kami. Turunkanlah mahabbah-Mu kepada kami, tuntun keluarga ini ke jalan yang senantiasa Engkau ridhai dan titipkan kepada kami kebahagian ya Ilahi Rabbi.., sampai kesurga-Mu. Serta beri kami anak yang sholeh dan shalihah penghafal alqur’an. Amien Allahumma amien.
Do’a yang tidak pernah putus, kuhanturkan untuk suamiku yang tak kenal lelah berjuang. Lindungi suamiku ya Allah, dari segala keburukan dan jaga beliau dengan sebaik-baik penjagaan dari-Mu. Mudahkan segala perjuangan beliau thalabil ilmi di Libya. Beri beliau kenajahan dan izinkan beliau untuk cepat kembali. Karena kami begitu saling merindui.
 
Rabbi yassir walaa tu’assir, Rabbi tamim bil khair...
falillahu khairu haafidhaa wahuwa arhamurrahimiin...





Tak Sempurna


Jika kau menginginkan aku sesempurna bidadari.
Maka aku tak sesempurna itu.

Jika kau menginginkan gelimangan harta.
Maka itupun tak ada dalam diriku.

Jika kau menginginkan aku secerdas Aisyah.
Maka kau belum menemukan dalam diriku.

Jika kau menginginkan aku sesholehah para shahabiyah.
Maka hal itu belum kau temui dalam diriku.

Karena aku seorang wanita yang selalu belajar dan berusaha lebih baik.
Menghindari dari kata-kata tak ahsan.
Menjaga pergaulan.
Menjadi pribadi yang lebih baik.
Dan menjaga agar lebih dicintai Allah.

Maka maafkan aku yang tak sempurna.
Maafkan aku yang tak seperti impian indahmu.
Maafkan aku yang tak seindah mimpimu.
Maafkan aku Cuma wanita yang tak sempurna.

Tapi aku punya cinta yang sempurna.
Cinta yang berlandaskan cinta hanya karena-Nya.
Mencintaimu dengan sempurna, walau ketidak sempurnaanku.

Senja Tak Bernama


Menatap keheningan malam-Nya  yang luas tanpa bintang.
Sepertinya kerinduan ini akan terus mengalir mengisi sudut-sudut jiwa.
Yang kering kerontang, tanpa arah dan tujuan.
Namun sejenak terhenti, bermuhasabah diri.
karena jiwa dan nadi ini hanyalah milik-Nya.

Masihkah berpaling ? ketika cinta-Nya lebih indah dari segala Cinta?
Masihkah menangis sedih? Ketika hati di sentuh lembut kasih-Nya?
Sejuta tasbih tak mampu membalas segumpal bahagia hati yang Allah berikan.
Dimana tangis sepi berganti senyum yang memerahkan hati.
Selamat datang wahai senja tak bernama.
Menyambut dinginnya sang malam.
Yang menyerinai hati dan jiwa melalui dawai-dawai cinta.
Tumbuh merembak di taman hatiku dan hatimu, menjadi satu.
Datang sepaket cinta dari sang maha Pencipta.
Untukmu dan untukku.


Cita-Cita Mulia



Siang yang sungguh membakar. Seperti tidak ingin memberi ampun kepada sesiapa yang sedang berada diluar rumah. Aroma keringat tercium lekat dihidungku. Bengkulu sungguh memanas. Aku mengambil helm yang terletak diantara tumpukan barang-barang yang tak bertuan lagi di dekat dapur. Serta menyambar kunci motor yang berada di dinding ruangan. Lima belas menit kemudian aku sudah berada di depan masjid Al-faruq. Dimana aku sudah ditunggu oleh seorang teman. Cerita itupun mengalir. Dan kami berkenalan dengan salah seorang mahasiswi jurusan da’wah di kampus tersebut.

“mbak dosen dikampus ini? Kok masih muda yah?” dia menatapku takjub.
“iya alhamdulillah, diamanhin buat ngajar disini.” Aku menatapnya sambil tersenyum.
“tapi mbak masih terlalu muda.” Ucapnya lagi, seakan tak percaya.
“jadi dosen disini, udah bercucu semua yah?hehe.” kataku sambil terkekeh.
“aku pengen kayak mbak, bisa kuliah di kairo, tapi... sudah terlambat mbak.” Dia berujar dengan raut wajah sedih.
“Tidak ada kata terlambat, selama kita mau mencobanya.” Aku Mencoba menyemangatinya.
“Selama kita merasa pilihan kita itu yang terbaik, kenapa tidak kita perjuangkan. Tidak ada kata istilah terlambat untuk memulai segala kebaikan dalam hidup ini.” Kataku pada seorang mahasiswi yang baru saja berkenalan di masjid kampus hijau.
“kalau melihat kebelakang, aku itu menyesal mbak, kenapa dulu aku tak masuk kepondok saja, biyar bisa melanjutkan study ke Mesir, seperti mbak.” Ungkapnya penuh sesal. Matanya nanar menatap lurus kedepan. Menyesali keputusan yang sudah ia ambil lima tahun silam itu.
“sudahlah.., tidak ada yang perlu disesalkan. Semua itu pasti sudah diatur oleh Allah. Dan tidak ada kata terlambat.” Ucapku pelan sambil tersenyum kearahnya.
“yakinlah, Allah mempunyai sejuta cara, kalau kita mau berusaha untuk menggapai cita-cita yang tertunda.” Sambil menepuk pundaknya pelan.
“iya mbak, aku akan berusaha, walaupun aku gak bisa S1 di sana tapi mimpiku untuk bisa S2 di Mesir, akan aku buktikan. Aku bakal bisa.” Ujarnya mantap penuh optimis.
“intinya ikhtiyar dan terus berdo’a. “lanjutku lagi seperti penceramah kondang.

“kalau do’a kita gak Allah kabulkan sekarang, mana tau dua puluh tahun kedepan kita bisa nganterin anak buat sekolah ke Mesir?” aku mengajaknya bermimpi. Yah tepatnya seperti itu.

Memang seharusnya didalam hidup ini kita mempunyai impian. Karena dengan bermimpi, hidup kita menjadi bersemangat. Karena ada yang kita prioritaskan untuk dicapai. Tak banyak orang yang menjalani hidup tanpa tujuan yang jelas. Menjalaninya hanya sebatas tidur, makan, lalu tidur lagi dan seterusnya. Kalau kita membuat peta kehidupan, insyallah hidup kita akan menjadi lebih terarah.

Hidup ini begitu singkat, umur yang diberi ini amanah yang musti diarahkan menjadi pribadi yang unggul dan bertaqwa kepada sang pencipta. Karena diakhirat kelak apa yang kita lakukan sewaktu di dunia diminta pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.

Seperti Nita tadi, salah seorang mahasiswi yang kutemui dikampus Hijau ini, mempunyai cita-cita mulia ingin melanjutkan pendidikan ke Al-Azhar University.  Yaitu universitas yang diimpikan banyak orang di dunia. Semoga apa yang kita cita-citakan Allah permudah, amin allahumma amien.


Istana kecilku

Aceh, 12-12-2012


Matahari mulai mengintip malu-malu dari jendela kamarku. Malamnya aku hampir tidak bisa memejamkan mata, karena membayangkan pagi ini menjadi hari yang paling bersejarah di dalam hidupku. Setiap orang akan mengalami hari ini dimana kita sama-sama berjanji atas nama Allah dan Rosulnya, menggenapkan setengah agama.
“saya terima nikahnya halimah anak ayah untuk saya dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai.” Ucap beliau dengan mantap.
Aku menitikkan air mata. Rasa syukur dan haru menjadi satu. Akhirnya Allah menyatukan kami dengan jalannya yang begitu indah.

Syukru laka yaa rabbie..., aku tidak tau musti mengatakan apalagi. Semuanya berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin aku sampai ke indonesia dengan membawa sejuta impian dan tepat pukul dua belas siang itu Allah menyatukan kami dalam waktu yang begitu Indah. Acara akad yang sederhana penuh keberkahan.
Yaa rabbie.., jadikan rumah tangga kami, sakinah, mawaddah waa rahmah sampai ke surga-Mu yaa Allah. Jadikan kami saling mencintai karena-Mu dengan penuh ikhlas dan kasih.

Disini di istana kecil kami baru saja berdiri, penuh dengan canda, tawa, suka, cita, dan penuh dengan deraian
air mata kebahagian. Karena sudah ditemukan dengan separuh jiwa raga dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Dan mimpi-mimpi ini akan selalu terukir indah dalam sanubari.
Suamiku..., aku sangat bersyukur. Ingin rasanya aku selalu berada didekatmu dan menemani perjuanganmu. Aku akan meminta pada Allah, aku ingin senantiasa ada bukan hanya ketika bahagiamu tapi juga duka dan laramu. Dan bersamamu ingin kugapai surga itu.

Istana kecil ini baru saja berdiri,
Tatkala engkau menyapaku dengan sapaan “sayang” aku begitu bahagia. Senyumku mengembang bak bunga-bunga bermekaran dimusim semi. 
Ketika engkau menatapku dengan penuh kasih aku seakan melayang, seperti sudah terbang keangkasa.
Terima kasih cinta..., sudah menerimaku apa adanya, walau sepenuhnya aku belum bisa menjadi sesempurna bidadari.
Terima kasih Rindu, jiwa dan untaian do’aku akan selalu temani hari-harimu.

Istana kecil ini baru saja berdiri,
Ketika kusadari, suamiku akan segera pergi, rasanya aku gak sanggup untuk berdiri. Setelah melaksanakan shalat dhuhur berjama’ah di bandara polonia Medan, aku tak sanggup menguasai diri. Air mata seakan ingin tumpah dipelukmu. Akhirnya air mataku tumpah ketika suamiku mulai menjauh meninggalkanku, masuk keruang tunggu.

Aku tidak pernah menyesali dengan semua ini. jiwaku hanya ingin engkau selalu bahagia suamiku sayang. Karena, bahagiamu adalah sukaku dan kesedihanmu adalah kesedihanku.  Setelah itu kepergianmu untuk menuntut ilmu dibenua seberang membuat hari-hariku semakin sepi. Hanya bayang-bayangmu yang senantiasa berkelabat dikelopak mataku. Senantiasa temani aku.
Sedih, menangis, berurai air mata, sesak yang mendera. Namun aku bahagia karena suamiku bahagia untuk menggapai cita-citanya kembali menuntut ilmu di benua seberang.


Yaa Rabbie... jagalah suamiku dengan sebaik-baik penjagaan dari-Mu.
Mudahkanlah segala urusannya, beri beliau kesuksesan.
Dan sampaikan tiap detik rindu yang berlalu ya Rabbie...
Miss u more my husban.
Love u to be more than my life.


Hujan Menjerat Rinduku



Sore tak seperti biasa, warna jingga tak kutemui dalam pancaran mega senja. Aku mengayunkan kaki di antara krikil yang kulalui. Dengan melewati semak-semak dan beberapa serpihan kaca yang berbentuk seperti puing-puing yang tak terlihat lagi. Aku terus berjalan melewati jalan setapak tersebut. Tak lama kemudian langit semakin kelam, meredup diliputi oleh awan-awan hitam yang gelap.
Aku semakin cepat melangkah. Tiba-tiba butiran air kristal itu turun semakin menjadi. Hujan semakin lebat dan aku berlari-lari kecil diantara jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan roda dua hingga roda empat itu saling berlomba untuk berlindung.
Lima menit kemudian, akhirnya aku sampai ketempat tujuan yaitu sebuah warung yang sangat berjasa bagi keluarga ini. Begitu aku sampai diwarung tersebut, setelah mengucapkan salam aku melihat wajah lelah mama masih mengenakan mukena kesayangannya yang sudah terlihat agak sedikit lusuh. Lalu aku menyapa mama sambil tersenyum. Lalu kami mengebrol tentang kepulangan adikku yang paling kecil.
Beberapa menit kemudian aku melangkah kedapur. Suara perutku seakan berdemo itu tak terdengar lagi dengan suara hujan di luar sana yang kian lebat. Tiba-tiba lampu mati seketika, setelah aku menyelesaikan mencuci piring di dapur. Kulihat suasana diluar, hujan seakan tak memberikan ampun kepada mereka yang berlalu lalang dengan kendaraan yang dijalanan tersebut. Aku berpikir sejenak dengan melirik jam di dinding tersebut. Setelah mencari payung akhirnya aku memutuskan untuk menerobos hujan yang tidak ada tanda-tanda untuk berhenti tersebut.

“tunggu sebentar lagi kalau mau balik?” ucap mama sambil menatap hujan yang kian lebat diluar sana.
“Gapapa ma, soalnya mumpung masih siang.” Kataku meyakinkan mama yang terlihat khawatir. Karena bukan hanya hujan yang turun semakin lebat tapi dibarengin dengan kilatan yang menyambar-nyambar dan suara petir yang menggelegar.
Setelah mengucapkan salam dan berpamitan pada mama, akupun melangkah dengan mengucapkan basmallah. Dijalanan terlihat sepi, tak ada yang berlalu lalang. Aku berjalan di antara hujan yang semakin membabi buta, dengan perasaan was-was bercampur cemas karena hari semakin gelap dan suara gemuruh semakin menyeramkan terdengar di telingaku.
Aku semakin mempercepat langkahku dan sembari berdo’a dalam hati.
“laa haulaa wala quwwata illa billah.” Aku komat-kamit melafazkan zikir tersebut. Karena suara petir kian menggelegar dan aku semakin panik.
Lima menit berlalu akhirnya aku sampai dirumah, seperti biasa gelap, tak kutemui seutas cahaya disana. Akhirnya aku menyalakan lilin sisa malam kemarin. Aku beranjak ke belakang untuk berwudhu’. Dan melaksanakan shalat maghrib. Setelah tilawah Lalu terbitlah beberapa bait puisi rindu.

hujan menjerat rinduku.
Saat hadirnya kian dekat,
Sedekat hatiku akan hadirmu dalam hidupku.
Selalu saja ada rindu dalam tiap detik yang berlalu.
Walau kita dipisahkan oleh jarak dan waktu,
Namun bagiku. Cinta dan rinduku tak berjarak oleh semua itu.
Sungguh, raga dan jiwa ini tak ingin jauh darimu.
Karena rembulan dalam hati telah tertawan.
Di dalam detik gerak awan.
Padahal samudara jiwa,
Terkoyak mendung diangkasa.
Bengkulu dipenghujung rindu.
Kanda I Miss You :-*


Sepi dalam retak takdir


Gemuruh jiwa aku beringsut
Badai menerpa, kapal tetap berlayar
Hempasan gelombang, hampir tak sanggup aku berdiri.
Hanyut bersama cakrawala jingga.

Angin menyepi
Aku terduduk letih sepi
Sendiri aku tertinggal disini
Karena setengah jiwaku telah terbang bersamamu
Bahkan aku lupa, sudah berapa juta rinduku melewati sepi
Dan setiap menit dan detikku sepi dalam retak takdir-Mu.

Blog List

Jumlah Pengunjung

About

Sumber : http://fatholthearseko.blogspot.com/2012/08/kumpulan-jam-islami.html#ixzz2UXFRyhZU

Blogger templates

https://a1.sndcdn.com/images/default_avatar_large.png?9556ac0

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Followers

Arsip Blog

Search This Blog

Keep Listening