Hujan Menjerat Rinduku



Sore tak seperti biasa, warna jingga tak kutemui dalam pancaran mega senja. Aku mengayunkan kaki di antara krikil yang kulalui. Dengan melewati semak-semak dan beberapa serpihan kaca yang berbentuk seperti puing-puing yang tak terlihat lagi. Aku terus berjalan melewati jalan setapak tersebut. Tak lama kemudian langit semakin kelam, meredup diliputi oleh awan-awan hitam yang gelap.
Aku semakin cepat melangkah. Tiba-tiba butiran air kristal itu turun semakin menjadi. Hujan semakin lebat dan aku berlari-lari kecil diantara jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan roda dua hingga roda empat itu saling berlomba untuk berlindung.
Lima menit kemudian, akhirnya aku sampai ketempat tujuan yaitu sebuah warung yang sangat berjasa bagi keluarga ini. Begitu aku sampai diwarung tersebut, setelah mengucapkan salam aku melihat wajah lelah mama masih mengenakan mukena kesayangannya yang sudah terlihat agak sedikit lusuh. Lalu aku menyapa mama sambil tersenyum. Lalu kami mengebrol tentang kepulangan adikku yang paling kecil.
Beberapa menit kemudian aku melangkah kedapur. Suara perutku seakan berdemo itu tak terdengar lagi dengan suara hujan di luar sana yang kian lebat. Tiba-tiba lampu mati seketika, setelah aku menyelesaikan mencuci piring di dapur. Kulihat suasana diluar, hujan seakan tak memberikan ampun kepada mereka yang berlalu lalang dengan kendaraan yang dijalanan tersebut. Aku berpikir sejenak dengan melirik jam di dinding tersebut. Setelah mencari payung akhirnya aku memutuskan untuk menerobos hujan yang tidak ada tanda-tanda untuk berhenti tersebut.

“tunggu sebentar lagi kalau mau balik?” ucap mama sambil menatap hujan yang kian lebat diluar sana.
“Gapapa ma, soalnya mumpung masih siang.” Kataku meyakinkan mama yang terlihat khawatir. Karena bukan hanya hujan yang turun semakin lebat tapi dibarengin dengan kilatan yang menyambar-nyambar dan suara petir yang menggelegar.
Setelah mengucapkan salam dan berpamitan pada mama, akupun melangkah dengan mengucapkan basmallah. Dijalanan terlihat sepi, tak ada yang berlalu lalang. Aku berjalan di antara hujan yang semakin membabi buta, dengan perasaan was-was bercampur cemas karena hari semakin gelap dan suara gemuruh semakin menyeramkan terdengar di telingaku.
Aku semakin mempercepat langkahku dan sembari berdo’a dalam hati.
“laa haulaa wala quwwata illa billah.” Aku komat-kamit melafazkan zikir tersebut. Karena suara petir kian menggelegar dan aku semakin panik.
Lima menit berlalu akhirnya aku sampai dirumah, seperti biasa gelap, tak kutemui seutas cahaya disana. Akhirnya aku menyalakan lilin sisa malam kemarin. Aku beranjak ke belakang untuk berwudhu’. Dan melaksanakan shalat maghrib. Setelah tilawah Lalu terbitlah beberapa bait puisi rindu.

hujan menjerat rinduku.
Saat hadirnya kian dekat,
Sedekat hatiku akan hadirmu dalam hidupku.
Selalu saja ada rindu dalam tiap detik yang berlalu.
Walau kita dipisahkan oleh jarak dan waktu,
Namun bagiku. Cinta dan rinduku tak berjarak oleh semua itu.
Sungguh, raga dan jiwa ini tak ingin jauh darimu.
Karena rembulan dalam hati telah tertawan.
Di dalam detik gerak awan.
Padahal samudara jiwa,
Terkoyak mendung diangkasa.
Bengkulu dipenghujung rindu.
Kanda I Miss You :-*


0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Sahabat

Blog List

Jumlah Pengunjung

About

Sumber : http://fatholthearseko.blogspot.com/2012/08/kumpulan-jam-islami.html#ixzz2UXFRyhZU

Blogger templates

https://a1.sndcdn.com/images/default_avatar_large.png?9556ac0

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Followers

Arsip Blog

Search This Blog

Keep Listening